Menurut cerita dari tetua masyarakat, sejarah Desa Kemuning telah berlangsung setidaknya sejak zaman Belanda tahun (1590-1945). Sebelum masa kemerdekaan, wilayah Desa Kemuning termasuk dalam wilayah yang terdiri dari berbagai dusun, dimana masing-masing dusun memiliki tokoh panutan yaitu : Dusun Kesemen "Mbah Begawan", Dusun Bulu "Mbah Krenya", Dusun Kemuning "Mbah Jaka Lelana". Meskipun masyarakat masih primitif namun kehidupan masyarakat rukun dan damai dengan kesadaran para tokoh tersebut sering mengadakan pertemuan untuk membahas dan membicarakan berbagai hal tentang kehidupan masyarakatnya.

Dusun-dusun tersebut lama-kelamaan semakin ramai dan berkembang, kehidupan yang tercipta rukun, damai dan saling bahu membahu akhirnya menimbulkan gagasan untuk menyatukan dusun-dusun tersebut menjadi satu desa demi kemajuan dan perkembangan. Dari masyawarah tersebut akhirnya lahir sebuah nama "KEMUNING". Nama Kemuning diambil dari salah satu tokoh yaitu Mbah Jaka lelana, dengan harapan Desa Kemuning terus berkembang menjadi desa yang subur, damai, sejahtera, tersohor dan keramat diberbagai pelosok.

Cita-cita para pendahulu tersebut akhirnya terkabul dengan dibentuk pemerintahan yang dipimpin oleh seorang Bekel atau Kepala Desa yang pertama yalu Bapak Nahrawi memerintah sejak tahun 1935 sampai dengan tahun 1945, kemudian kepemimpinan Desa Kemuning selanjutnya dipilih secara langsung, umum, bebas dan rahasia oleh warga masyarakat yaitu Pilkades dan untuk mengenang jasa-jasa para sesepuh dan rasa syukur terhadap ridho Allah SWT atas Desa Kemuning, sampai sekarang masyarakat selalu mengadakan tasyakuran sedekah bumi berupa pengajian, tahlil serta tawashul khusus untuk mbahurekso desa yaitu Mbah Begawan, Mbah Krenya dan Mbah Jaka Lelana

Demikian asal-usul Desa Kemuning yang letaknya 27 Km ke arah utara dari kota Slawi semoga cita-cita luhur para pendahulu tercapai langgeng sepanjang masa.